Mengapa harus belajar PPD?
Mengapa Harus Belajar Perkembangan Peserta Didik
Oleh Lucy Dewan
Yuliyanto NIM 1100744
Department of
Mathematics Education, FPMIPA UPI
M
|
engapa harus
belajar perkembangan peserta didik? Perkembangan peserta didik merupakan salah
satu kajian mengenai pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, sebagai calon
pendidik perlu mempelajari perkembangan peserta didik sehingga dapat memperoleh
ekspektasi nyata tentang anak dan remaja, calon pendidik lebih mengetahui
psikologi perkembangan anak sehingga kita mampu mengatasi permasalahan anak,
mampu mengenali penyimpangan yang terjadi pada perkembangan anak serta tujuan
utamanya adalah mampu memahami diri sendiri.
Untuk mempelajari suatu kajian
pendidikan perlu dilandasi suatu landasan yang kuat, oleh karena itu kita
mempelajari Landasan Psikologis Pendidikan yakni suatu ilmu yang mempelajari
penerapan dasar dan metode dan pendekatan psikologis untuk memahami dan
memecahkan masalah dalam pendidikan. Fokus untaka dalam landasan ini adalah
interaksi antara pendidik dengan peserta didik. Pendidik atau biasa disebut
guru merupakan orang dewasa yang telah mempersiapkan diri dan menjalankan tugas
sebagai pendidik, pembimbing, pengajar dan pelatih siswa. Sedangkan siswa
adalah anak atau remaha yang sedang belajar, sedang mengikuti dan menyesuaikan
diri dengan segala aktivitas dan tuntutan yang dibuat oleh guru. Guru merupakan
suatu profesi khusus yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak
dapat dilakukan oleh sebarang orang, maka perlu diadanya profesionalisme guru. Perlu
ada kompetensi profesional untuk seorang guru, seperangkat kemampuan yang harus
dimiliki seorang guru untuk melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil,
antara lain
1. Kompetensi
Profesional, memiliki pengetahuan yang mendalam terhadap materi
2. Kompetensi
Personal, memiliki kepribadian serta integritas tinggi
3. Kompetensi
Pedagogik, mampu mendidik dan berperan sebagai pengelola proses KBM
4. kompetensi
Sosial, kemampuan berorganisasi dengan peserta didik dan lingkungan
Dalam proses belajar mengajar, kita
dapat melihat perbedaan karakteristik peserta didik. Hal ini berkaitan dengan
konsep perilaku individu, menurut Notoatmodjo (2003) Perilaku
adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis,
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan
atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar.
Peran
pendidikan bagi perilaku individu ialah mengembangkan kompetensi individu serta
meningkatkan produktivitas masyarakat. Sebab pendidikan khususnya di lingkungan
sekolah merupakan salah satu agen sosialisasi peserta didik. Perkembangan
peserta didik merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai
akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Terdapat enam prinsip
perkembangan, antara lain :
1. Unstoppable Process
2. Semua aspek saling mempengaruhi
3. Perkembangan mengikuti pola tertentu
4. Perkembangan terjadi pada tempo yang berbeda
5. Unique Phase
6. Setiap individu normal mengalami fase perkembangan
Dalam menjalani fase perkembangan
mulai masa pranatal hingga fase orang tua, setiap individu harus melakukan
tugas perkembangan. Menurut Robert J. Havighurst, tugas perkembangan adalah
sebagian tugas yang muncul pada suatu periode tertentu dalam kehidupan
individu, yang merupakan keberhasilan serta memberi jalan bagi tugas-tugas
berikutnya. Setiap fase perkembangan memiliki ciri khas tugas perkembangan
tersendiri. Menurut Havighurst setiap tahap perkembangan individu harus sejalan
dengan perkembangan emosi, moral dan sosial.
Perkembangan emosional individu, Menurut
Crow & crow (1958) (dalam Sunarto, 2002:149) emosi adalah “An emotion, is
an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and
mental physiological stirred up states in the individual, and that shows it
self In hi sovert behavior.” Perkembangan emosi diharapkan individu mampu
mengontrol emosi yang diungkapan, sehingga mampu menghadapi situasi dengan
rasional dan belajar mengenal diri sendiri.
Dilihat dari perkembangan sosial,
perkembangan kemampuan individu berperilaku sesuai dengan tuntuan sosial
sehingga terjadi proses sosialisasi dan penyesuaian diri. Karakteristik dari
perkembangan sosial ialah meniru, rasa malu, perilaku kerekatan,
ketergantungan, kerja sama dll. Pada perkembangan moral individu, moral
merupakan ajaran tentang baik buruk perbuatan. Perkembangan kemampuan untuk
membedakan kegiatan benar salah dengan moral sebagai kendali tingkah laku.
Menurut Kolhberg, perkembangan moral
terdiri atas 3 tahap yakni
1. Tingkat
Prakonvensional: Orientasi hukuman dan orientasi tujuan atau relativis
2. Tingkat
Konvensional: Orientasi kesepakatan pribadi dan orientasi hukum ketertiban
3. Tingkat
Pascakonvensional : Orientasii kontrak sosial dan orientasi prinsip etika
universal
Pada umumnya kajian perkembangan peserta
didik berkaitan erat dengan perkembangan anak dan remaja. Remaja
didefinisikan sebagai masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa. Secara
etimologi, remaja dapat di defenisikan sebagai periode perkembangan seseorang
mulai dari puncak pubertas sampai kepada status dewasa. Selama periode ini
seseorang akan mengalami perkembangan fisik yang cepat, psikologi, emosional
dan perubahan kepribadian.
Thornburgh membagi usia remaja menjadi tiga kelompok, yaitu:
1.
Remaja awal : antara 11 hingga 13 tahun
2.
Remaja pertengahan: antara 14 hingga 16
tahun
3.
Remaja akhir: antara 17 hingga 19 tahun.
Pada usia tersebut,
tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
1.
Mencapai hubungan yang baru dan lebih
masak dengan teman sebaya baik sesama jenis maupun lawan jenis
2.
Mencapai
peran sosial maskulin dan feminin
3.
Menerima
keadaan fisik dan dapat mempergunakannya secara efektif
4.
Mencapai kemandirian secara emosional
dari orangtua dan orang dewasa lainnya
5.
Mencapai kepastian untuk mandiri secara
ekonomi
6.
Memilih
pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja
7.
Mempersiapkan
diri untuk memasuki perkawinan dan kehidupan keluarga
8.
Mengembangkan
kemampuan dan konsep-konsep intelektual untuk tercapainya kompetensi sebagai
warga negara
9.
Menginginkan
dan mencapai perilaku yang dapat dipertanggungjawabkan secara sosial
10.
Memperoleh
rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman perilaku (Havighurst dalam
Hurlock, 1973).
Pada
masa remaja, perkembangan koginitif dan intelektual berkembang pesat. Dalam
setiap peserta didik, terdapat atribut-atribut psikologis yang dapat
mempengaruhi proses pembelajaran, diantaranya kecerdasan, kemampuan intelektual
seorang individu, menurut Gardner terdapat 8 macam kecerdasan yakni kecerdasan
linguistik, logika matematika, spasial, kinestetik-jasmani, musikal,
interpersonal, intrapersonal dan naturalis.
Atribut
lainnya adalah minat dan bakat. Minat diartikan sebagai kehendak, keinginan
atau kesukaan (Kamisa, 1997:370). Sumber motivasi yang mendorong orang untuk
melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih (Hurlock, 1995
:144). Sedangkan bakat, menurut
William B. Michael (Sumadi Suryabrata, 1991:168) bakat diartikan sebagai
berikut.
“An aptitude may be defined as a
person’s capacity, or nypothetical, for acquisition of a certain more or less
well defined pattern or behavior involved in the performance of a task respect
to which the individual has llad little or no previous training.”. Jadi
dapat diartikan bakat merupakan sebuah potensi yang dimiliki oleh seorang
individu. Dengan memanfaatkan bakat serta minat akan meningkat produktivitas
dan kompetensi individu.
Atribut motivasi
sangat mempengaruhi perkembangan peserta didik dalam prestasi belajar, menurut
KBBI motivasi adalah usaha yang
dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan
sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan
dengan perbuatannya. Dengan adanya pendorong untuk melakukan kegiatan belajar,
peserta didik mampu memberikan prestasi yang lebih baik. Dan beberapa atribut
psikologis peserta didik yang harus dipahami oleh calon pendidik. Untuk itulah
kajian Perkembangan Peserta didik sangat diperlukan bagi calon pendidik untuk
memahami diri sendiri dan peserta didiknya.
References
Alzahari et al. (2012). “Konsep
perilaku individu”. [makalah]
Hardumek, Rosi et al. (2012).
“Perkembangan Sosial moral individu”. [Makalah]
Hartinah, Sitti. (2008).
Pengembangan Peserta Didik. Tegal : Refika Aditama
Hidayat, A. Majid et al. (2012).
“Konsep Perkembangan Individu”. [Makalah]
Hidayat, Azhar Majid et al.
(2012). “Analisis perkembangan remaja”. [Makalah]
Nugraha, Angga Taufik et al.
(2012). “Proses perkembangan emosi, kepribadian, penghatan keagamaan”.
[Makalah]
Nurjannah, Marjan et al. (2012).
“Atribut Psikologis dalam Pembelajaran siswa (motivasi, persepsi, sikap dan
kebiasaan)”. [Makalah]
Sugandi, Nani M. Dan Syamsu Yusuf
L.N. (2012). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada
Syaodih, Nana dan Mulyani
Sumantri. (2009). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Universitas Terbuka
Wahyudi,
Ogi et al. (2012). “Wawasan Landasan psikologis pendidikan dan profesi
kependidikan.” [makalah]
Yuliyanto, Lucy Dewan et al.
(2012). “Perkembangan Sosial dan Moral Individu”. [Makalah]
Komentar
Posting Komentar